BANTUL (
wartakonstruksi.id) - Destinasi Wisata Banyu Kencono yang terletak di pertemuan Sungai Opak dan Gajahwong di Dusun Karet, Kecamatan Pleret terlihat lebih sepi pengunjung dibandingkan dengan Taman Glugut yang ada di dekatnya. Selain lokasi, Bayu Kencono butuh daya Tarik lain.
"Lokasi Banyu Kencono agak ke dalam atau lebih jauh dari jalan Imogiri Timur yang merupakan jalan provinsi. Taman Glugut meskipun jalan aksesnya masuk gang, namun relatif lebih dekat dari jalan provinsi," ucap M Ahyar (58), seorang konsultan bisnis sekaligus warga Wonokromo 1 kepada
Warta Konstruksi, kemarin.
Menurut Ahyar, dekat dengan infrastruktur atau jalan utama merupakan modal yang sangat penting bagi pengembangan pariwisata. Untuk mencapai Banyu Kencono, pengunjung harus melewati jalan yang menuju Pleret yang lebih kecil. Jadi, lanjut dia, wajar bila Banyu Kencono lebih sepi meskipun parkir kendaraannya lebih luas.
Baca juga:
Faktor berikutnya, kata Ahyar, adalah faktor manajemen pengembangan atau pengelolaan wisata. Jika ingin banyak dikunjungi wisatawan, sebuah usaha wisata harus dijalankan dengan manajemen yang handal.
Saat ini tidak banyak wisata di DIY yang handal dalam manajemen pengelolaannya. Pengelola yang tahu ilmu manajemen, bisa menarik para pengunjung untuk datang ke tempat wisata. "Khusus Banyu Kencono, meski manajemennya bagus, tetapi berkembang maksimalnya agak lama karena wisata yang sejenis sudah banyak. Harus punya dana banyak dan daya tarik sangat luar biasa," jelasnya.
Pengelola Banyu Kencono, Asnuri (42) membenarkan, selain kekurangan dana, pihaknya juga butuh pendamping atau pengawal untuk mengembangkan destinasi Banyu Kencono. "Kalau tidak ada yang dampingi atau mengawal pengelola kurang maksimal. Waktu yang kalau ada universitas swasta yang mau mendampingi untuk saat ini belum, baru sharing-sharing dulu," ujar Asnuri.

Dia mencontohkan, terkait bidang pertamanan, pengelolanya belum punya pengalaman. Menurutnya, kalau tidak ada yang mendampingi, maka akan terus sepi dan tidak berkembang karena manajemennya sangat minim. Selain itu, tambah Asnuri, Banyu Kencono juga mempunyai masalah terkait sengketa lahan tanah. Lahan yang berada di barat di dalam kawawan Banyu Kencono tersebut diklaim dimiliki oleh seorang warga Wonokromo.
Hal itu dikarenakan, dahulu pertemuan dua sungai itu awalnya berada di timur, lambat laun bergeser ke arah barat, sehingga tanah yang barat hilang, kemudian tanah yang bagian timur sungai bertambah lebar. Saat ini tanah sengketa itu bisa ditandai dengan pohon sengon yang banyak tumbuh di lahan tersebut.
Camat Pleret, M. Alwi mengatakan, Banyu Kencono lebih sepi daripada Taman Glugut, di antaranya karena situasi di lokasi tersebut kalau siang panas karena kurang pohon perindang, sedangkan di Taman Glugut lebih teduh. Taman Glugut juga muncul lebih dulu dibanding Banyu Kencono.
Arif KF
Penulis |
: |
Editor |
: wkeditor |