TELAGADESA BATURETNO: Warga Soroti Lampu Penerangan Redup
Selasa, 18 Desember 2018 05:39 WIB
BANTUL (wartakonstruksi.com) – Sepekan setelah serah terima hasil pembangunan Telagadesa Baturetno, keluhan mulai muncul dari warga. Warga sekitar menyoroti lampu penerangan telaga yang ternyata tidak terang alias redup. Kondisi itu disesalkan karena berpotensi menimbulkan ekses negatif. Seperti diungkap Aris. Warga Wiyoro Kidul RT 08 Baturetno, Banguntapan, Bantul itu mengatakan, lampu penerangan yang redup di sekitar Telagadesa Baturetno harus segera diganti. Jika tidak maka akan menimbulkan ekses tidak baik karena bisa digunakan pasangan yang ‘mojok’. Sebaliknya, jika telaga didukung penerangan yang memadai, maka kegiatan-kegiatan seperti itu bisa diminimalisir. “Ya harus segera diganti dengan yang lebih terang. Kalau dibiarkan terus begini, nanti dimanfaatkan pasangan-pasangan yang mojok,” ucapnya kepada Warta Konstruksi, kemarin. Baca juga: Dari pengamatan media ini, setidaknya ada 11 lampu ukuran kecil yang dipasang untuk menerangan kawasan telaga yang dibangun dengan dana Rp 1,6 miliar tersebut. Tidak hanya itu, masih ada dua lampu lain yang digunakan menerangi tulisan ‘Telagadesa Baturetno’. Selain soal lampu, Aris juga mengomentari taman yang ada di lokasi itu. Menurutnya, taman yang disiapkan tampak kurang segar. Padahal taman itu menjadi salah satu spot untuk kegiatan swafoto. “Saya kan penikmat selfie, itu kurang bagus," terang Aris. Telagadesa Baturetno merupakan satu-satunya proyek telaga yang berhasil direalisasikan dari lima proyek yang direncanakan Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY tahun 2018 ini. Empat lainnya tidak terealisasi karena terganjal persoalan administrasi. Spanduk larangan memasuki areal proyek telaga masih terpasang di lokasi. Foto: Arif K Fadholy Dalam pelaksanaannya, proyek yang dibangun CV Maha Karya tidak berjalan sesuai rencana. Dari target selesai November, pekerjaan masih belum selelesai. Kemudian dilakukan addendum selama 20 hari dan berakhir pada 11 Desember lalu. "Saya dengar dari mandornya, PT-nya kena denda sekitar Rp 1 juta per harinya karena terlambat pembuatan telagadesa ini. Saya juga dengar, ada tahap kedua untuk membangun yang bagian selatan dan utara. Katanya sih 2019, tapi kapannya gak tahu," jelas Aris. Anehnya, di lokasi masih terbentangnya banner atau sepanduk yang isinya melarang masuk siapapun yang tidak berkepentingan. Seharusnya tulisan itu sudah tidak ada lagi, dikarenakan pembangunan dianggap sudah selesai dan sudah diserahterimakan. Masih ada material berupa konblok yang dibiarkan menumpuk di sekitar lokasi telaga selain spanduk larangan memasuki area telaga yang juga masih terpasang. Foto: Arif K Fadholy Kalau masih terpasang, seolah-olah pembangunan belum selesai dan tidak boleh dikunjungi warga. Di lokasi juga masih ada material seperti tumpukan konblok di pinggir telaga. Sejauh ini belum diketahui siapa yang akan mengelola telagadesa ini. Namun kabar yang beredar menyebut telaga justru akan dikelola Sekolah Sepakbola (SSB) Baturetno. Ini memang aneh, tapi tidak begitu jika melihat strukturnya. Di mana salah satu pengurus SSB itu adalah Lurah Baturetno sendiri. Indikasi itu diperkuat dengan pemilihan warna orange dan biru pada cat telagadesa. Warna itu menjadi warna khas SSB Baturetno. “Warga sekitar mestinya dilibatkan agar tidak timbul gejolak,” pesannya. (Arif K Fadholy/Sodik/*)
Penulis :
Editor : wkeditor
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News