Bangun Irigasi Tersier, DPKPP Klaten Kucurkan Dana Rp 3,7 M
Senin, 24 Desember 2018 09:00 WIB

Erni Kusumawati

KLATEN (wartakonstruksi.id) – Talud irigasi sangat penting bagi pertanian. Bila irigasi tertata rapi, maka kebutuhan air untuk tananam padi bisa terpenuhi karena disalurkan dengan baik. Pengaturannya pun diharapkan tidak menyia-nyiakan air yang mengalir. Guna mencukupi kebutuhan itu, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP) Kabupaten Klaten terus membangun dan memperbaiki saluran irigasi tersier yang ada. Tahun ini dana sebesar Rp 3,7 miliar dikucurkan untuk kebutuhan tersebut. “Kami membangun atau membantu rehabilitasi irigasi. Bila sebelumnya hanya berupa tanah konstruksi yang kemudian diubah menjadi bangunan permanen. Tahun ini DAK untuk irigasi diberikan kepada 48 kelompok tani,” ucap Erni Kusumawati, Kasi Perlindungan Tanaman dan Rehabilitasi Lahan Bidang Tanaman Pangan dan Holtikutura DPKPP Kabupaten Klaten, kemarin. Baca juga: Diakui Erni permintaan untuk pembangunan irigasi secara permanen memang tinggi. Kelompok tani yang masih memakai konstruksi tanah berharap mendapat bantuan karena mereka bisa mengatur kebutuhan air untuk tanaman. Kendalanya ada di pembiayaan. Sistem pencairan dana pun dibagi menjadi beberapa termin. Tahun ini ada tiga termin pembayaran. Hal ini agak merepotkan bila kelompok tani tidak memiliki anggaran. Bagi yang punya anggaran, mereka bisa menalangi dulu karena kelompoknya dipastikan mendapat bantuan. “Nah yang tidak, mereka terpaksa menunggu pencairan dana sehingga baru bisa mengerjakannya setelah dana diterima,” jelas Erni. Kendala lain seperti daerah Cawas dan Karangdowo yang mendapat pengairan dari Dam Colo Barat. Saat dam dilakukan perbaikan dan harus ditutup, maka sawah akan kekurangan air. Dam akan dibuka kembali saat menunggu kenaikan elevasi Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Berita menarik lainnya: “Waduk juga untuk kegunaan lain seperti listrik. Saat ditutup pun sudah ada kesepakataan. Seperti tahun ini, dam ditutup selama satu bulan dari 1 - 31 Oktober. Petani pun disarankan untuk beralih menanam palawija. Tapi banyak pertimbangan yang membuat petani memilih tetap bertanam padi,” terangnya. Menurut Erni pada bulan-bulan itu, harga padi terhitung tinggi. Apalagi panen padi sedang bagus. Dan kualitas gabah juga sangat bagus karena curah hujan yang tidak tinggi. Petani memperkirakan saat padi membutuhkan air, kebutuhan itu akan terpenuhi karena segera memasuki musim hujan. “Persoalannya, prakiraan musim ternyata bisa meleset. Tahun ini, hujan mulai turun di akhir November. Solusinya, mereka kemudian memompa air dari sungai,” jawab Erni lagi. Gonang S
Penulis :
Editor : wkeditor
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News