ALUN-ALUN TANJUNGANOM: Ikon Tanjungan yang Dibangun dengan Dana Desa
Rabu, 26 Desember 2018 14:40 WIB

Ikon Tanjungan 2

KLATEN (wartakonstruksi.id) – Selain banyaknya penyalahgunaan dana desa oleh aparat, tidak sedikit pula yang memanfaatkan dana itu dengan baik. Dana dikelola untuk membangun desa, khususnya infrastruktur. Ini terlihat di Desa Tanjungan, Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Di desa ini, tak sedikit infrastruktur yang dibangun dengan dana desa. Mengoptimalkan peran RT dan RW, perlahan desa yang semula sulit diakses kini lebih terbuka. Jalan menuju desa yang semula berlumpur dikala hujan, kini berubah mulus. Tak hanya itu, desa juga kini memiliki ikon berupa alun-alun desa yang dinamai Alun-alun Tanjunganom. Kepala Desa Tanjungan, Suharna, mengungkapkan alun-alun itu digarap dalam dua tahap. Tahap pertama menelan biaya Rp 29.259.000. Lalu dana yang dihabiskan untuk tahap berikutnya sebesar Rp 47.500.000. Baca juga: Setelah selesai, alun-alun tersebut diresmikan langsung oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani, awal Agustus lalu. Dan sejak itu alun-alun menjadi ikon Desa Tanjungan. Apalagi, alun-alun dilengkap dengan berbagai fasilitas seperti toilet dan jogging track. “Taman olahraga atau alun-alun itu benar-benar dirasakan manfaatnya. Sekolah menggunakan lapangan saat jam pelajaran olahraga. Sebelumnya, guru memakai halaman sekolah untuk pelajaran olahraga yang sesungguhnya agak mengganggu jam pelajaran kelas lain. Kini, guru olahraga selalu membawa siswanya ke lapangan. Ini salah satu manfaat dari alun-alun tersebut,” tutur Suharna kepada Warta Konstruksi. “Saat sore, banyak yang joging. Bahkan alun-alun ini jadi ikon karena sering dipakai remaja untuk selfie. Saya juga kemudian melengkapinya dengan pagar kawat yang mengelilingi sebagian alun-alun,” sambungnya. Dengan adanya pagar kawat itu, lapangan bisa dimanfaatkan untuk bermain sepak bola atau futsal. Untuk melengkapi pagar kawat itu, desa mengeluarkan dana sebesar Rp 20 juta. Dengan adanya kawat, anak-anak tidak perlu lagi mengambil bola sampai ke sawah. “Sebelumnya, bola yang ditendang bisa keluar sampai ke sawah. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Untuk rencana selanjutnya, kami menyediakan area untuk angkringan di sekitar alun-alun,” kata Suharna. Suharna mengungkapkan, ekonomi desa harus terus ditumbuhkan. Dengan menyediakan fasilitas angkringan, setidaknya warga diberdayakan ekonominya. Terlebih angkringan sesungguhnya ciri khas Klaten. Angkringan juga tempat orang berkumpul. “Saya berharap ekonomi kian diberdayakan dan kehidupan sosial masyarakat yang ditandai dengan kumpul-kumpul bareng itu tidak hilang,” harapnya. Suharna menambahkan, dana desa memberi manfaat besar bagi desanya. Perkembangan Desa Tanjungan menjadi pesat. Apalagi jumlah dana yang diterima terus naik. Di tahun pertama atau 2015, desa mendapatkan lebih dari Rp 300 juta. Kini di tahun 2018, dana yang diterima mencapai lebih dari Rp 700 juta. “Bila tidak ada dana desa, pembangunan desa mungkin masih menunggu beberapa tahun lagi. Penggunaan dana desa harus tepat sasaran dan transparan. Dana itu juga diaudit. Sudah ada instansi yang mengaudit. Ini yang menjadikan kami tidak main-main menggunakan dana itu,” pungkasnya. Gonang S
Penulis :
Editor : wkeditor
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News