PROYEK JEMBATAN MUJA MUJU: Ndlosor, Kualitas Pekerjaan Dipertanyakan
Senin, 06 Mei 2019 15:08 WIB

Jembatan Mujamuju 1

YOGYAKARTA (wartakonstruksi.com) – Proyek penggantian jembatan Muja Muju jalur lambat di utara Gembira Loka Zoo telah resmi mendapatkan pemenang berkontrak dengan nomor kontrak 050/0305/V/2019. Proyek dimenangkan PT Bejo Lumintu Minulyo Jl Wonosari-Semanu, Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul.

Lelang ini mendapat banyak atensi khususnya dari Aliansi Pengawas Konstruksi (APK) karena jauh berbeda dengan lelang lain yang penawaranya ‘ndlosor’. Sebagai pemenang PT Bejo Lumintu Minulyo mengajukan penawaran sebesar Rp 5.992.000.000,001 dari nilai HPS sebesar Rp 7.490.000.000.

APK menilai penawaran yang ndolor cukup berisiko pada hasil pekerjaan. Hasil kajian yang dilakukan APK selama periode tahun lalu, lelang ndlosor umumnya berakhir dengan masalah. “Sebagian besar bermasalah. Seharusnya ini menjadi pembelajaran sehingga pemenang tidak hanya ditentukan berdasarkan penawar terendah saja,” ucap Direktur Eksekutif APK, Baharuddin Kamba.

Bahar mengungkapkan, sebagai LSM yang konsern mengawasi proses konstruksi khususnya di DIY, APK tidak ingin masalah serupa terjadi pada proyek penggantian jembatan Muja muju. Jembatan itu, kata dia, memiliki peran sangat vital karena menjadi pintu masuk Kota Yogyakarta.

Guna memastikan pekerjaan berjalan baik, Bahar menyatakan bakal terus mengawal proses pekerjaannya. “Kita kawal terus, termasuk nanti saat mulai dikerjakan. Kami ingin proyek ndlosor itu tidak berujung masalah yang justru imbasnya bakal merugikan masyarakat juga,” tegasnya.

PPK proyek Penggantian Jembatan Muja muju jalur lambat, Umi Akhsanti ST MT mengungkapkan, awalnya pihaknya juga sempat ragu setelah menerima hasil lelang dari BLP. Namun belakangan diketahui ada hal-hal yang menjadi poin plus sehingga penawaran yang ndlosor itu masih masuk dalam perhitungan.

“Ibarat orang datang kalau punya awat sendiri, dan produksi sendiri itu masih bisa. Nah pemenang ini aspalnya dia punya AMP sendiri, betonnya juga punya batching plan sendiri. Oh ini berarti dia masih bisa dapat selisih dari situ,” terang Umi.

Dikatakan, selain beton dan aspal item yang memiliki bobot yang cukup besar adalah girder, dari nilai total girder mempunyai bobot 30 persen. Namun demikian, lanjut dia, dengan memiliki alat serta aspal dan beton sendiri maka semua bisa menjadi dapat dipertanggungjawabkan, dengan kata lain penawaran perusahaan tersebut menjadi masuk akal.

Lebih jauh dia menjelaskan soal pengawasan proyek, selain perangkat yang berkontrak yakni konsultan pengawas, pihaknya juga akan terbantu dengan keterlibatan semua pihak karena letak proyek berada pada jalur utama dan tidak jauh dari kantornya, jadi secara tidak langsung semua dapat ikut mengawasi mengawasi proyek tersebut.

Untuk memastikan pekerjaan dalam keadaan aman, pihaknya akan menekankan kepada pelaksana supaya pengadaan girder sesuai dengan time schedule. Kenapa demikian? karena menurut pengalaman girder harus dibeli dengan uang cash, karena jika tidak bisa dipastikan akan terlambat.

Proyek ini agar digarap dengan waktu pelaksanaan kerja sampai akhir tahun yakni 240 hari kalender. Kendati begitu Umi berharap akhir November pekerjaan utama sudah selesai.

Penulis : ED-WK01
Editor : Dodi Pranata
COMMENTS
Belum ada komentar dari pembaca

Opini

Popular News